Catatan Asami

Berpikir untuk bergerak……

Archive for the tag “Kutukan”

MIGRAINES

Beberapa hari yang lalu, saya mengalami migrain yang tak kunjung sembuh. Belum pernah saya mengalami sakit yang lama seperti saat itu. Sekali waktu rasa sakitnya sirna. Tapi, tak lama kemudian kumat lagi. Saya tidak mengerti apa penyebab utamanya. Mungkin, saya terlalu banyak pikiran. โ€œTapi, masak iyaโ€, pikir saya saat itu. Bukannya setiap hari saya memang selalu banyak pikiran? he..he..he. Memikirkan bagaimana bisa makan, keponakan yang setiap saat menanyakan kapan tantenya pulang dan kerjaan. Atau memikirkan pengamen di dalam bis, yang seringkali menemani perjalanan saya dari Grogol-Kuningan dengan kisah monolognya tentang burung Kutilang. Serta si Kakek jompo di pojok jembatan CL (citraland) yang selalu menyapa saya dengan senyuman sambil memperlihatkan gigi ompongnya.

Hal-hal yang bagi sebagian orang dianggap sepele pun bisa menjadi bahan pemikiran saya. Seperti, kamar berantakan, makan menu apa hari ini (ini mah in accordance with isi kantong :d). Dan yang pastinya memikirkan bagaimana blog ini senantiasa update (Huhu, so hard! ๐Ÿ˜ฆ ). Lagipula, bukankah hidup memang harus dipikirkan sebelum dijalani (atau sebaliknya?). Kalau tidak, mana bisa bertahan hidup (?).

Anehnya, saat saya berada di rumah, rasa sakitnya masih bisa ditolerir. Begitu keluar rumah, saya hanya bisa mengernyitkan alis untuk menahan sakit. Apakah ini ada hubungannya dengan tempat (maksudnya, rumah atau gedung)? Ah, tidak mungkin. Tapi, saya jadi teringat pada seorang ahli perbintangan (paranormal gitu). Namanya Guan Lu. Ia hidup di jaman kerajaan Wei (salah satu Kerajaan hasil pecahan Dinasti Han di China) pada sekitar abad ke 200-an M. Suatu ketika, seorang istri Hakim dari kerajaan tersebut menderita sakit kepala (saya tidak tahu persis apakah sakitnya melebihi saya atau tidak ๐Ÿ˜‰ ). Guan Lu diminta memberitahu penyebabnya. Selidik punya selidik, ternyata rumah sang hakim itu dibangun di atas kuburan. Ironisnya, mayat yang katanya memegang tombak itu, bagian kepalanya ada di dalam tembok rumah, sedangkan bagian kakinya ada di luar tembok, sehingga membuat dia sangat menderita. Dia lalu mengadu kepada Yang Mahakuasa. Akibatnya, istri sang hakim mengalami sakit kepala. Hal itu sebagai imbalan atas perbuatan mereka yang telah menyiksa sang mayat (disebut juga sebagai karma). Benar saja, setelah dilakukan penggalian, ditemukan mayat yang sudah lapuk, persis seperti yang diramalkan oleh Guan Lu.

Lalu, apa hubungannya dengan sakit kepala saya? Hem, bisa jadi gedung kantor yang saya tempati saat ini adalah bekas kuburan. Soalnya, di tempat saya bekerja sebelumnya, gedungnya pun juga dibangun di atas makam. Saya mengetahuinya dari seorang OB (Office Boy) yang sudah lama bekerja di sana. Hanya saja, posisi mayatnya mungkin tidak separuh di dalam bangunan dan separuh di luar. Barangkali itu pula yang membuat saya tidak pernah mengalami sakit kepala yang luar biasa sakit selama bekerja di sana (in my imagination, he…he..he..).

***
Term โ€˜karmaโ€™ oleh sebagian orang memang masih menjadi sebuah kepercayaan. Demikian pula ketika seorang bocah 10 tahun yang berasal dari sebuah desa di Gorontalo, terlahir dengan beberapa organ tubuh yang mirip dengan monyet. Hampir seluruh tubuhnya ditumbuhi rambut lebat. Telinganya bahkan nyaris tak memiliki lubang. Masyarakat sekitar menganggap peristiwa tersebut sebagai kutukan Tuhan. Bermula dari perkataan Bapak Septi-nama bocah tersebut- kepada Ibunya yang kala itu sedang mengandung. Saat itu, Sang Ibu sedang ngidam pisang. Oleh sang Bapak lalu dikatakan, โ€œkenapa sih minta pisang melulu, seperti sedang mengandung anak monyet sajaโ€. Banyak orang berkata bahwa perkataan Bapak Septi itu disebut dengan karma. Benarkah itu?

Dalam mitologi Hindu, anda tentu tak asing dengan kisah Mahabrata (pertama kali nonton, saat itu saya masih duduk dibangku SD). Diceritakan dalam kisah itu, Raja Dhristaratha yang buta kehilangan 100 putra-putranya dalam perang Bratayudha. Suatu saat ia memohon petunjuk Sri Krishna. Melalui daya sakti Krishna, maka Raja Dhristaratha mampu menyaksikan masa lalunya. Pada masa tersebut (Lima puluh kelahiran sebelumnya), ia menjadi seorang pemburu yang senantiasa membunuh anak-anak burung di sebuah hutan. Ia juga membutakan mata burung-burung dewasa dengan asap bara apinya. Akibat yang harus ditanggungnya pada saat Mahabrata berlangsung adalah ia lahir buta dan harus kehilangan seluruh putra-putranya.

***
Benarkah karma itu ada?

Karma adalah semua perbuatan atau aksi, perkataan yang dilakukan selama manusia hidup, baik maupun buruk. Ia berasal dari kepercayaan Hindu dan Buddha. Karma bisa dialami oleh siapa saja. Ketika anda lahir dengan kulit yang hitam, cacat, miskin, orang kaya, maupun sebagai banci, semua itu bukanlah sebuah kebetulan. Tetapi, merupakan pembayaran untuk karma-karma masa lalu. Setelah melalui berbagai fase-fase penderitaan dan kebahagiaan, maka anda kemudian bergulir ke kehidupan yang berikutnya (reinkarnasi). Karena itulah, karma tidak bisa dihapus. Bagi yang percaya terhadap karma, akan selalu berpandangan bahwa setiap kejadian yang ia hadapi atau yang terjadi adalah sebuah karma.

Islam mengandung nilai-nilai yang sangat unik (yang membedakannya dengan kepercayaan lain). Islam tidak mengenal karma. Memang benar bahwa setiap perbuatan manusia, baik maupun buruk, besar ataupun kecil, masing-masing sudah ditentukan balasannya. Perbuatan baik akan dibalas dengan pahala. Sebaliknya, perbuatan jahat/buruk dibalas dengan siksa. Allah SWT berfirman (yang artinya): โ€œโ€ฆDia akan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan dan Dia akan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baikโ€ (QS 53:31).
Hanya saja, kebaikan dan keburukan yang dilakukan seseorang tidak akan diturunkan ke generasi berikutnya, sebagaimana yang dialami oleh Raja Dhristaratha dalam kisah Mahabrata di atas. Setiap orang bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya. Anda tentunya ingat firman Allah bahwa (yang artinya) โ€œBarangsiapa mengerjakan kebajikan maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa berbuat jahat maka (dosanya) menjadi tanggungan dirinya sendiri. Dan Tuhan-mu sama sekali tidak menzalimi hamba-Nya (QS. 41:46).

โ€œJika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan ) itu untuk dirimu sendiriโ€ฆ..โ€ (QS. 17:7).

Demikian pula dengan balasan dari setiap perbuatan yang kita lakukan, tidak serta merta dibalas saat ini juga. Melainkan ditunda hingga yaumul akhir nanti. โ€Jika Dia hendak menyiksa mereka, karena perbuatan mereka, tentu Dia akan menyegerakan siksa bagi mereka. Tetapi bagi mereka ada waktu tertentu (untuk mendapat siksa) yang mereka tidak akan menemukan tempat berlindung dari-Nya.โ€ (QS. 18:58)

โ€œDan hanya pada hari kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu,..โ€ (QS. 3:185).

Karma tidak ada habis-habisnya alias tidak akan punah. Dia mengikuti siklus kehidupan manusia. Oleh karena itu, kejahatan apa pun yang pernah anda lakukan akan dibalas pada saat ini atau di masa yang akan datang yaitu pada kehidupan berikutnya. Ini tentu saja bertentangan dengan konsep islam. Yaitu kejahatan atau dosa yang dilakukan seseorang, oleh Allah SWT. diberikan ruang untuk menghapus dosa itu. Caranya yaitu dengan memperbanyak kebaikan dan taubat. Dengan bertaubat sungguh-sungguh, maka impaslah dosa yang kita lakukan. Dan tidak akan lagi diturunkan pada generasi berikutnya. โ€œDan orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, pasti akan Kami hapus kesalahan-kesalahannya dan mereka pasti akan Kami Beri balasan yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakanโ€. (QS. 29:7).
Rasulullah SAW bersabda: โ€Bertakwalah kepada Allah di mana pun kamu berada, dan lakukanlah kebajikan setelah melakukan dosa, niscaya kebaikan itu akan menghapusnya, dan berkahkanlah terhadap manusia dengan akhlak yang baik.โ€ (HR At Tirmidzi, melalui Abu Dzarr dan Muโ€™adz bin Jabal).

Jadi, sekarang saya bisa dengan yakin berkata bahwa sakit kepala saya itu bukanlah sebuah karma atas perbuatan yang pernah saya lakukan atau salah seorang atau beberapa orang dari keluarga saya lakukan. Dia tidak lain dan tidak bukan adalah ujian dari Allah dalam rangka menguji keikhlasan saya.

Post Navigation